Jumat, 02 Maret 2012

Turis Mancanegara nuju manggul cau.
Lokasi : Kec. Campaka, Cianjur.
(foto by Cianjur adventure)

Rabu, 29 Februari 2012




Dalam rangka promo peluncuran blog saya, maka saya tawarkan untuk para pemasang iklan untuk dapat memanfaatkan space iklan gratis di blog saya. Hal ini sama sekali tidak memerlukan biaya karena semuanya gratis, asalkan harus memenuhi beberapa persyaratan yang akan saya ajukan.
PERSYARATAN:
  1. Ukuran banner 200 X 200
  2. Berformat jpeg atau gif
  3. Tidak mengandung unsur SARA atau PORNOGRAFI
  4. Iklan berlaku hanya dalam 1 bulan
CARA PEMASANGAN:
  1. Lampirkan data diri/profil situs atau perusahaan anda
  2. Lampirkan keterangan iklan anda
  3. Lampirkan banner yang terlebih dahulu anda buat
  4. Kirim ke alamat email kteknologi@gmail.com
  5. Jangan lupa kirimkan alamat website anda
Mengingat kesempatan yang sangat terbatas jadi buruan........
ttd
Cianjur Tea

Kenapa kita tidak bahagia ?...
Jawab : karena kita tidak bersyukur, bersyukurlah kita masih bisa makan, sedangkan diluar sana masih banyak yg susah cari makan.
Tambahkan jawaban yg lainnya sahabat ! supaya kita lebih bersyukur dan hidup sederhana.

Curug Citambur

Minggu, 08 Januari 2012. Bersama istri kembali menelusuri keindahan nusantara ini. Sebenarnya sudah lama ada niat untuk mengunjungi salah satu objek wisata yang ada di Cianjur ini. Karena kesibukan yang cukup padat terpaksa menahannya.
Curug Citambur merupakan salah satu curug atau air terjun yang memiliki pontensi wisata yang cukup bagus. Terletak di desa Karang Jaya kecamatan Pagelaran kabupaten Cianjur.
Berangkat dari rumah sekitar pukul 07:30 pagi, menuju ke arah Ciwidey. Setelah melewati perkebunan teh Rancabali langsung belok kanan menuju perkebunan teh Sinumbra. Dengan diiringi gerimis dan jalan tidak terlalu bagus membuat jalan semakin licin. Dinginnya cuaca pun turut menambah beratnya perjalanan ini.

Perkebunan Teh Sinumbra
Jalan hingga desa Cipelah masih cukup baik, selanjutnya hingga perbatasan Kabupaten Bandung dan Cianjur jalan rusak parah. Apalagi jalan dalam keadaan basah harus membuat kita lebih berhati-hati.
Memasuki wilayah Cianjur, jalan sudah sangat bagus. Sudah cukup baik dijadikan sirkuit :mrgreen: . Namun harus tetap waspada melihat jalan yang cukup sempit dan banyaknya tikungan.
Sekitar pukul 12 siang, setelah menempuh perjalanan 76 km akhirnya tiba juga di gardu masuk curug Citambur. Hanya membayar 3000 rupiah, untuk 2 orang dan 1 motor. Fantastis murahnya. :razz:

Tampak dari kejauhan

My Wife & My Bike at Curug Citambur
Hanya berjalan beberapa puluh meter dari parkiran sudah bisa dekat dengan curugnya. Di sekitar curug juga selalu diselimuti kabut tipis membuatnya semakin indah kawasan ini.

Curug Citambur 7°11'35.25" S 107°14'2.20" E

Aliran air Curug diselimuti kabut tipis


Cukup puas menikmati keindahan curug Citambur. Sekitar pukul 13:00 saatnya kembali ke Bandung. Namun berbeda dengan jalur berangkat. Jalur pulangnya sengaja memilih menuju arah Cianjur.
Di daerah Sukanegara, sekitar pukul 14:30 istirahat sejenak sembari santap siang. 30 menit kemudian perjalanan dilanjutkan kembali menuju arah Gunung Halu. Sekitar 5 km pertama jalan cukup mulus hingga dapat memacu kendaraan lebih cepat. Selanjutnya jalan yang dilalui sangat sulit. Dengan jalan batu yang banyak lobangnya. Masih beruntung cuaca sudah cerah. Jadi jalan tidak terlalu licin untuk dilewati.
Melewati hutan hanya berdua dengan istri cukup membuat khawatir. Sepanjang jalan hanya bisa berdo’a semoga tidak ada masalah dengan motor ini. Setelah melewati hutan dan jalan rusak berat sekitar 10 km akhirnya tiba juga di daerah gunung halu. Cukup lega karena sudah mulai kelihatan peradaban. :lol:
Setelah melewati daerah Buni Jaya, jalan sudah cukup baik. Jalan yang sama yang dulu saya lewati saat menuju Curug Malela.
Tubuh juga cukup lelah menaklukkan jalur Sukanegara – Gunung Halu. Sehingga terpaksa harus segera istirahat. Beruntung Pulsarian Bandung punya sesepuh :mrgreen: yang tinggal di Cililin. Jadi bisa silaturahmi sejenak sembari istirahat.
Sambutan yang hangat dari pak kadar #290 dan keluarga membuat betah berlama-lama. Tidak terasa hampir 1 jam bercengkrama berbagi informasi dengan pak Kadar. Sebelum pulang juga istri dibelakin oleh-oleh khas cililin oleh bu Kadar. Makasih banyak atas sambutannya pak Kadar dan keluarga. Semoga lain kali kita bisa jalan bareng pak. :smile:

Foto bareng pak Kadar
Pukul 17:30 terpakasa harus meninggalkan Cililin karena perjalanan ke Bandung yang masih cukup Jauh. Hingga akhirnya tiba kembali ke rumah sekitar pukul 20:00 dengan perasaan cukup puas dan lelah. Total perjalanan 207.6 km dan 12.5 Jam.
Rute Curug Citambur

Ayam Pelung

Ayam Pelung merupakan ayam peliharaan asal Cianjur, sejenis ayam asli Indonesia dengan tiga sifat genetik. Pertama suara berkokok yang panjang mengalun. Kedua pertumbuhannya cepat. Ketiga postur badan yang besar. Bobot ayam pelung jantan dewasa bisa mencapai 5 - 6 kg dengan tinggi antara 40 sampai 50 cm.
Menurut cerita tahun 1850 di Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Cianjur ada Kiayi dan Petani bernama H. Djarkasih atau Mama Acih menemukan anak ayam jantan di kebunnya.

Anak ayam yang trundul di bawa pulang dan dipelihara. Pertumbuhan anak ayam tersebut sangat pesat menjadi seekor Ayam Jago bertubuh besar dan tinggi serta suara kokoknya panjang mengalun dan berirama. Ayam jantan itu dinamakan Ayam Pelung dan oleh Mama Acih dikembangkan, dikawinkan dengan ayam betina biasa.

Sekarang Ayam Pelung ini semakin terkenal dan cukup diminati oleh masyarakat umum, wisatawan nusantara dan mancanegara. Seorang Putra Kaisar Jepang pernah berkunjung ke Warungkondang untuk melihat peternakan Ayam Pelung tersebut. Bahkan di Cianjur setiap tahun diselenggarakan kontes Ayam Pelung yang diikuti pemilik dan pemelihara ayam pelung se-Jawa-Barat dan DKI Jakarta. Ayam Pelung terbaik yang menjadi juara kontes bisa mencapai harga jutaan rupiah.
Nama ayam pelung berasal dari bahasa sunda Mawelung atau Melung yang artinya melengkung, karena dalam berkokok menghasilkan bunyi melengkung juga karena ayam pelung memiliki leher yang panjang dalam mengahiri suara / kokokannya dengan posisi melengkung.
Ayam pelung merupakan salah satu jenis ayam lokal indonesia yang mempunyai karakteristik khas, yang secara umum ciri ciri ayam pelumg dapat digambarkan sebagai berikut :
  • Badan: Besar dab kokoh (jauh lebih berat / besar dibanding ayam lokal biasa)
  • Cakar: Panjang dan besar, berwarna hitam, hijau, kuning atau putih
  • Pial: Besar, bulat dan memerah
  • Jengger: Besar, tebal dan tegak, sebagian miring dan miring, berwarna merah dan berbentuk tunggal
  • Warna bulu: Tidak memiliki pola khas, tapi umumnya campuran merah dan hitam ; kuning dan putih ; dan atau campuran warna hijau mengkilat
  • Suara: Berkokok berirama, lebih merdu dan lebih panjang dibanding ayam jenis lainnya.
Budidaya Ayam Pelung
Budidaya yang bertujuan untuk menghasilkan keturunan ayam pelung yang unggul dan baik terus dilakukan secara teliti dan tepat, yang mencakup antara lain : Pemilihan Induk, Pemilihan Pejantan, Teknik pemeliharaan dan kesehatan (sanitasi kandang & vaksinasi berkala). Dengan perkembangan teknologi belakangan ini, kita semua sependapat bahwa ayam pelung harus dikembangkan dan dibididayakan secara maksimal untuk kepentingan kesejahteraan manusia, tetapi dari sisi melestarikan dan mengembangkan ayam pelung dengan tidak harus merusak atau memusnahkan ras pelung yang sudah ada dan terbukti memiliki berbagai keunggulan.
Kontes Dan Bursa Ayam Pelung
Seperti halnya burung perkutut atau burung kicauan lainnya, ayam jago pelung juga dikonteskan yang menitik beratkan kepada alunan suaranya, dan sekarang ini hampir semua aspek sudah mendapat penilaian dalam suatu kontes : kontes suara khusus untuk jago ayam pelung, kontes penampilan, bobot badan dan juga untuk Pelung betina yang meliputi lomba lokal, nasional maupun internasional yang telah diagendakan secara terorganisir pada setiap tahunnya.
Pada kontes Ayam Pelung tersebut selain diadakan lomba tarik suara dan lainnya juga merupakan arena bursa penjualan dari anak ayam sampai ayam dewasa, dari usia 0 s/d 1 bulan (jodoan), usia 3 bulan (sangkal), usia 6 s/d 7 bulan (jajangkar), sampai kepada ayam pelung yang sudah jadi (siap kontes). Dengan demikian lomba/kontes ayam pelung sekaligus merupakan bursa penjualan, promosi dan sosialisasi khusus ayam pelung. Melalui bursa semacam ini para pembeli, penjual dan penggemar merasa puas karena pada umumnya mendapatkan bibit-bibit maupun induk yang berkualitas dan tambahan pengetahuan tentang segala hal mengenai ayam pelung yang cukup memuaskan dari sesama peternak dan penggemar.
http://tukarlinktop.blogspot.com/